Kamis, 15 November 2012

Perkembangan Emosi Remaja


BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Kehidupan masa remaja senantiasa menarik untuk dibicarakan dikarenakan kompleksnya permasalahan-permasalahan yang ada di dalamnya. Ibarat sebuah rumah jika kehidupan masa anak adalah pondasi yang menentukan masa depan selanjutnya, maka pada masa remaja individu bagai rumah yang sudah terbentuk dan pada masa dewasa, rumah tiak lagi mengalami perubahan yang mendasar. Masa transisi antara masa anak dan masa dewasa ini sering kalu menimbulkan kegelisahan. Tak heran kalau G. Stanley Hall dalam Mappiare (1982), seorang yang disebut sebagai Bapak Psikologi Remaja illmiah menyebut masa ini sebagai “storm dan stress”. Masa peralihan ini banyak mengalami kesulitan-kesulitan dalam penyesuaian terhadap dirinya maupun terhadap lingkungan sosialnya. Hal ini disebabkan karena remaja bukan kanak-kanak lagi tetapi juga belum dewasa dan remaja ingin diperlakukan sebagai orang dewasa sedangkan lingkungan menganggap bahwa remaja belum waktunya untuk diperlakukan sebagai orang dewasa.
Seseorang individu dalam merespon sesuatu lebih banyak diarahkan oleh penalaran dan pertimbangan-pertimbangan objektif. Akan tetapi,disaat-saat tertentu dalam kehidupannya dorongan emosional banyak campur tangan dan mempengaruhi pemikiran-pemikiran  dan tingkah lakunya. Oleh Karen itu, untuk memahami remaja memang perlu mengetahui apa yang ia lakukan dan pikirkan. Di samping hal itu hal yang lebih penting untuk diketahui adalah apa yang mereka rasakan. Emosi remaja mengalami perkembangan yang berpengaruh terhadap tingkah lakunya.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud emosi?
2.      Bagaimana karakteristik perkembangan emosi remaja?
3.      Apa factor-faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi remaja?
4.      Bagaimana penagruh emosi terhadap tingkah laku?
5.      Bagaimana perbedaan individual dalam perkembangan emosi?
6.      Bagaimana upaya pengembangan Emosi Remaja dan Implikasinya dalam penyelenggaraan pendidikan
C.     Tujuan
1.      Mengetahui pengertian emosi
2.      Mengetahui karakteristik perkembangan emosi remaja
3.      Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi remaja
4.      Mengetahui pengaruh emosi terhadap tingkah laku
5.      Mengetahui perbedaan individual dalam perkembangan emosi
6.      Memahami upaya pengembangan Emosi Remaja dan Implikasinya dalam penyelenggaraan pendidikan



BAB II
PEMBAHASAN
A.     Pengertian Emosi
      Perbuatan atau perilaku kita sehari-hari pada umumnya disertai oleh perasaan-perasaan tertentu, seperti perasaan senang atau tidak senang. Perasaan senang atau tidak senang atau tidak senang yang terlalu menyertai perbuatan kita sehari-hari disebut warna efektif. Warna efektif ini kadang-kadang kuat, kadang-kadang lemah atau kadang-kadang tidak jelas (samar-samar). Dalam hal warna efektif tersebut kuat, maka perasaan-perasaan menjadi lebih mendalam, lebih luas dan lebih terarah. Perasaan-perasaan seperti ini disebut emosi (Sarlito, 1982:59) di samping perasaan senang atau tidak senang, beberapa contoh emosi lain adalah gembira, cinta, marah, takut, cemas, dan benci.
      Emosi merupakan gambaran perasaan atau suasana bathin seseorang yang diekspresikan melalui tindakan. Emosi dan perasaan adalah dua hal yang berbeda. Tetapi perbedaan diantaranya tidak dapat dinyatakan dengan tegas. Emosi dan perasaan merupakan suatu gejala emosional yang secara kualitatif berkelanjutan akan tetapi tidak jelas batasnya. Pada suatu saat suatu warna efektif dapat dikatakan sebagai perasaan, tetapi dapat juga dikatakan sebagai emosi. Contohnya marah yang ditunjukkan dalam bentuk diam. Jadi, sukar sekali kita mendifinisikan emosi. Menurut Crow & Crow (1958) pengertian emosi itu adalah sebagai berikut:
      an emotion, is an affective experience that accompanies generalized inner adjustment and mental and physiological stirred up states in the individual, and that shows it self in his overt behavior.”
      Jadi, emosi adalah pengalaman afektif yang disertai penyesuaian dari dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik dan berwujud suatu tingkah laku yang tampak.
      Emosi adalah warna afektif yang kuat dan ditandai oleh perubahan-perubahan fisik. Pada saat terjadi emosi sering kali terjadi perubahan-perubahan pada fisik, antara lain berupa:
1)      Reaksi elektris pada kulit: meningkat bila terpesona
2)      Peredaran darah: bertambah cepat bila marah
3)      Denyut jantung: bertambah cepat bila terkejut
4)      Pernapasan: bernafas panjang kalau kecewa
5)      Pupil mata: membesar bila marah
6)      Liur: mengering kalau takut atau tegang
7)      Bulu roma: berdiri kalau takut
8)      Pencernaan: mencret-mencret kalau tegang
9)      Otot: ketegangan atau ketakutan menyebabkan otot menegang atau bergetar (tremor).
10)  Komposisi darah: komposisi darah akan ikut berubah karena emosional yang menyebabkan kelenjar-kelenjar lebih aktif.
B. Karakteristik Perkembangan Emosi
Secara tradisional masa remaja dianggap sebagai periode “badai dan tekanan”, suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar.meningginya emosi terutama karena anak (laki-laki atau perempuan) berada di bawah tekanan sosial dan mereka menghadapi kondisi baru, sedangkan selama masa kanak-kanak ia kurang mempersiapkan diri untuk menghadapi keadaan-keadaan itu. Tidak semua remaja mengalami masa badai dan tekanan, namun benar juga bila sebagian remaja mengalami ketidakstabilan dari waktu ke waktu sebagai konsekuensi usaha penyesuaian diri terhadap pola perilaku baru dan harapan sosial baru.
            Pola emosi masa remaja adalah sama dengan pola emosi masa kanak-kanak. Jenis emosi yang secara normal dialami adalah: cinta/kasih sayang, gembira, amarah, takut dan cemas, cemburu, sedih dan lain-lain. Perbedaannya terletak pada macam dan derajat rangsangan yang membangkitkan emosinya, dan khususnya pola pengendalian yang dilakukan individu terhadap ungkapan emosi mereka.
            Remaja sendiri menyadari bahwa aspek-aspek emosional dalam kehidupan adalah penting ( Jersild, 197:133). Untuk selanjutnya berikut ini akan di bahas beberapa kondisi emosional seperti: cinta/kasih sayang, gembira, kemarahan dan permusuhan, katakutan dan kecemasan.
a.      Cinta/ kasih saying
Faktor penting dalam kehidupan remaja adalah kapasitasnya untuk mencintai orang lain dan kebutuhannya untuk mendapatkan  cinta dari orang lain. Kemampuan untuk menerima cinta sama pentingnya dengan kemampuan untuk memberinya.
Walaupun remaja bergerak ke dunia pergaulan yang lebih luas, dalam dirinya masih terdapat sifat kanak-kanaknya. Remaja membutuhkan kasih sayang di rumah yang sama banyaknya dengan apa yang mereka alami pada tahun-tahun sebelumnya. Karena alasan inilah maka sikap menentang mereka, menyalahkan mereka secara langsung, mengolok-ngolok mereka pada waktu pertama kali mengolok-ngolok mereka karena mencukur kumisnya, adanya perhatian terhadap lawan jenisnya, merupakan tindakan yang kurang bijaksana.
b.      Gembira
Pada umumnya individu dapat mengingat kembali pengalaman yang menyenangkan yang dialami selama remaja. Jika kita menghitung hal-hal yang menyenangkan tersebut kita agaknya mempunyai cerita yang panjang dan lengkap tentang apa yang terjadi dalam perkembangan emosional remaja.
Perasaan gembira dari remaja belum banyak diteliti. Perasaan gembira sedikit mendapat perhatian dari petugas peneliti daripada perasaan marah dan takut atau tingkah laku problema lain yang memantulkan kesedihan. Rasa gembira akan dialami apabila gejala sesuatunya berlangsung dengan baik dan para remaja dengan baik dan para remaja akan mengalami kegembiraan jika ia diterima sebagai seorang sahabat atau bila ia jatuh cinta dan cintanya itu mendapat sambutan(diterima) oleh yang dicintai.
c.       Kemarahan dan Permusuhan
Sejak masa kanak-kanak, rasa marah telah dikaitkan dengan usaha remaja untuk mancapai dan memiliki kebebasan sebagai seorang pribadi yang mandiri. Rasa marah merupakan gejala yang penting di antara emosi-emosi yang memainkan peranan yang menonjol dalam perkembangan kepribadian. Pertama, di antara emosi-emosi ini adalah cinta, dimana kita ketahui bahwa dicintai dan mencintai adalah gejala emosi bagi perkembangan pribadi yang sehat. Rasa marah juga penting dalam kehidupan, karena melalui rasa marahnya seseorang mepertajam tuntutannya sendiri dan pemilikan minat-minatnya sendiri.
Mendekati saat mencapai remaja, dia telah melalui banyak fase dalam perkembangan emosional, antara lain dalam kaitannya dengan perbuatan marah dan cara menyatakan kemarahan itu. Kondisi-kondisi dasar yang menyebabkan timbulnya rasa marah kurang lebih sama, tetapi ada beberapa perubahan sehubungan dengan pertambahan umurnya dan kondisi-kondisi  tertentu yang menimbulkan rasa marah atau meningkatnya penguasaan kendali emosional. Banyaknya hambatan yang menyebabkan anak kehilangan kendali terhadap rasa marah, sedikit berpengaruh pada kehidupan emosional remaja. Tetapi rasa marah tersebut terus akan berlanjut pemunculanya apabila minat-minatnya, rencana-rencananya dan tindakan-tindakannya di rintangi.
Dalam upaya memahami remaja, ada empat factor yang sangat penting sehubungan dengan rasa marah.
1.      Adanya kenyataan bahwa perasaan marah berhubungan dengan usaha manusia untuk memiliki dirinya dan menjadi dirinya sendiri.
2.      Pertimbangan penting lainnya adalah ketika individu mencapai masa remaja, dia tidak hanya merupakan subyek kemarahan yang berkembang dan kemudian menjadi surut, tetapi juga mempunyai sikap-sikap dimana ada sisa kemarahan dalam bentuk permusuhan yang meliputi sisa kemarahan masa lalu.
3.      Sering kali perasaan marah sengaja di sembunyikan dan sering kali tampak dalam bentuk yang sama-samar. Bahkan seni dari kinta mungkin di pakai sebagai alat kemarahan.
4.      Kemarahan mungkin berbalik pada dirinya sendiri. Dalam beberapa hal, aspek ini merupakan aspek yang sangat penting dan juga paling sulit di pahami.
d.         Ketakutan dan Kecemasan.
Menjelang anak mencapai masa remaja, dia telah mengalami serangkaian perkembangan panjang yang mempengaruhi pasang surut berkenaan dengan rasa ketakutannya. Beberapa rasa takut terdahulu telah teratasi, teteapi masih banyak yang tetapn ada. Banyak ketakutan-ketakutan baru muncul karena adanya kecemasan-kecemasan dan rasa berani yang bersamaan dengan perkembangan remaja itu sendiri.
Semua remaja sedikit banyak takut terhadap waktu. Beberapa diantara mereka merasa takut hanya pada kejadian-kejadian bila mereka dalam bahaya. Beberapa orang mengalami rasa takut secara berulang-ulang dengan kejadian dalam kehidupan sehari-hari, atau karena mimpui-mimpi, atau karena fikiran-fikiran mereka sendiri. Beberapa orang dapat mengalami rasa takut sampai berhari-hari atau bahkan berminggu-minggu.
Biehler (1972) membagi ciri-ciri emosional remaja menjadi dua rentang usia, yaitu 12-15 tahun dan 15-18 tahun.
Ciri-ciri emosional remaja berusia 12-1 tahun:
1.      Pada usia ini seorang siswa atau anak cenderung banyak murung dan tidak dapat diterka.
2.      Siswa mungkin bertingkah laku kasar untuk menutupi kekurangan dalam hal rasa percaya diri.
3.      Ledakan-ledakan kemarahan mungkin biasa terjadi. Hal ini sering terjadi terjadi sebagai akibat dari kombinasi ketegangan psikologis, ketidakstabilan biologis, dan kelelahan karena bekerja terlalu keras atau pola makan yang tidak tepat atau tidur yang tidak cukup.
4.      Seorang remaja cenderung tidak toleran terhadap orang lain dan membenarkan pendapatnya sendiri yang disebabkan kurangnya rasa percaya diri.
5.      Siswa-siswa di smp mulai mengamati orang tua dan guru-guru mereka secara lebih objektif dan mungkin mrnjadi marah apabila mereka ditipu dengan gaya guru yang bersikap serba tahu.
Ciri-ciri emosioal remaja usia 1-18 tahun:
1.      “pemberontakan” remaja merupakan pernyataan-pernyataan/ekspresi dari perubahan yang universal dari maa kanak-kanak- ke dewasa.
2.      Karena bertambahbnya kebebasan mereka, banyak remaja yag mengalami konflik dengan orang tua mereka.
3.      Siswa pada usia ini sering kali melamun, memikirkan masa depan mereka. Benyak diantara mereka terlalu tinggi menafsir kemampuan mereka sendiri Dan merasa berpeluang besar untuk memasuki pekerjaan dan memegang jabatan tertentu.
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Emosi 
Sejumlah penelitian tentang emosi anak menunjukkan bahwa perkembangan emosi mereka bergantung pada faktor kematangan dan faktor belajar (Hurlock, 1960: 266). Reaksi emosional yang tidak muncul pada awal kehidupan tidak berarti tidak ada, raksi tersebut mungkin akan muncul di kemudian hari, dengan berfungsinya sistem endokrin. Kematangan dan belajar terjalin erat satu sama lain dalam mempengaruhi perkembangan emosi.
Perkembangan  intelelektual  menghasilkan kemampuan untuk memahami mekna yang sebelumnya tidak dimengerti, memperhatikan satu rangsangan dalam jangka waktu yang lebih lama, dan menimbulkan emosi terarah pada satu objek. Demikian pula kemampuan mengingat mempengaruhi reaksi emosional. Dengan demikian anak-anak menjadi reaktif terhadap rangsangan yang tadinya tidak mempengaruhi mereka pada usia yang lebih muda.
Perkembangan kelenjar endokrin pointing untuk mematangkan perilaku emosional. Bayi secara relatif kekurangan produksi endokrin yang diperlukan untuk menopang reaksi fisiologis terhadap stres. Kelenjar adrenalin yang memainkan peran utama pada emosi mengecil secara tajam segera setelah bayi lahir. Tidal alam kemudian kelenjar itu membesar lagi dan membesar dengan pesat sampai anak berusia 5 tahun, pembesarannya melambat pda usia  5 smpai 11 tahun, dan membesar lebih pesat lagi sampai anak berusia 16 tahun. Pada usia 16 tahuin kelenjar tersebut mencapai kembali ukuran semula seperti saat anak lahir. Hanya sedikit adrenalin yang diproduksi dan dikeluarkan sampai saat kelenjar itu membesar. Kegiatan belajar turut menunjang perkembangan emosi. Metode belajar yang menunjang perkembangan emosi, antara lain:
1)      Belajar dengan coba-coba
Anak belajar coba-coba untuk mengekspresikan emosi dalam bentuk perilaku yang memberikan pemuasan terbesar kepadanya, dan menolak perilaku yang memberikan pemuasan sedikit atau tidak sama sekali memberikan kepuasan. Cara belajar ini lebih umum digunakan pada masa kanak-kanak awal dibandingkan dengan sesudahnya, tetapi sepanjang perkembangannya tidak pernah ditinggalkan sama sekali.
2)      Belajar dengan cara meniru
Dengan cara mengamati hal-hal yang membangkitkan emosi orang lain, anak-anak bereaksi dengan emosi dan metode ekspresi yang sama dengan orang-orang yang diamati. Contoh, anak yang peribut mungkin menjadi marah terhadap teguran guru. Jika ia seorang anak yang popular dikalangan teman sebayanya maka mereka juga akan ikut marah kepda guru tersebut.
3)      Belajar dengan cara mempersamakan diri
Anak menirukan reaksi emosional orang lain yang tergugah oleh rangsangan yang sama dengan rangsangan yang telah membangkitkan emosi orang yang ditiru. Di sini anak hanya menirukan orang yang dikagumi dan mempunyai ikatan emosional yang kuat dengannya.
4)      Belajar melalui pengkondisian
Dengan metode ini objek situasi yang pada mulanya gagal memancing reaksi emosional, kemudian dapat berhasil dengan cara asosiasi. Pengkondisian dapat terjadi dengan mudah dan cepat pada tahun-tahunawal kehidupan karena anak kecil kurang mampu menalar, kurang pengalaman untuk menilai situasi secara kritis, dan kurang mengenal betapa tidak rasionalnya reaksi mereka. Setelah melewati masa kanak-kanak, penggunaan metode pengkondisian semakin terbatas pada perkembangan rasa suka dan tidak suka.
5)      Pelatihan atau belajar di bawah bimbingan dan pengawasan, terbatas pada aspek reaksi
Kepada anak diajarkan cara bereaksi yang dapat diterima jika sesuatu emosi terangsang. Dengan pelatihan, anak-anak dirangsang untuk bereaksi terhadap rangsangan yang biasanya  membangkitkan emosi yang menyenangkan dan dicegah agar tidak bereaksi secara emosional terhadap rangsangan yang membangkitkan emosi yang tidak menyenangkan.
D.    Pengaruh Emosi Terhadap Tingkah Laku
Rasa takut atau marah dapat menyebabkan seseorang gemetar. Dalam ketakutan, mulut menjadi kering, cepatnya jantung berdetak/berdenyut, derasnya aliran darah atau tekanan darah, sitem pencernaan  mungkin berubah selama pemunculan emosi. Cairan pencernaan atau getah lambung terpengaruh oleh gangguan emosi. Keadaan emosi yang menyenangkan dan relaks berfungsi sebagai alat pembantu untuk mencerna, sedangkan perasaan tidak enak atau tertekan menghambat/mengganggu pencernaan.
Di antara rangsangan yang meningkatkan kegiatan belajar sekresi dari getah lambung adalah ketakutan-ketakutan yang kronis, kegembiraan yang berlebihan, kecemasan-kecemasan, dan kekuatiran-kekuatiran. Semua ini menyebabkan menurunnya kegiatan sistem pencernaan dan kadang-kadang menyebabkan sembelit. Satu-satunya cara penyembuhan yang efektif adalah menghilangkan penyebab dari ketegangan emosi. Peradangan di dalam perut atau lambung, diare, dan sembelit adalah keadaan-keadaan yang dikenal karena karena terjadinya berhubungan dengan gangguan emosi. Radang tidak dapat disembuhkan demikian juga diare atau sembelit. Keadaan emosi yang normal sangat bermanfaat bagi kesehatan. Gangguan emosi juga dapat menjadi penyebab kesulitan dalam berbicara. Ketegangan emosional yang cukup lama mungkin menyebabkan seseorang gagap. Banyak situasi yang timbul di sekolah atau dalam suatu kelompok yang dapat menyebabkan seseorang menjadi tenang.
E.     Perbedaan Individual dalam Perkembangan Emosi
Seiring meningkatnya usia, individu akan lebih lunak dalam mengekspresikan emosi karena mereka telah mempelajari reaksi orang lain terhadap luapan emosi yang berlebihan, sekalipun emosi itu yang menyenangkan. Selain itukarena mereka mengekang sebagian ekspresi emosi mereka, emosi tersebut cenderung bertahan lebih lama dari pada jika emosi itu diekspresikan secara lebih terbuka. Oleh sebab itu ekspresi emosional mereka menjadi lebih berbeda-beda.
Perbedaan ittu sebagian disebabkan oleh keadaan fisik dan taraf kemampuan intelektualnya, serta kondisi lingkungan. Remaja yang sehat cenderung kurang emosional dibanding dengan yang kurang sehat. Ketika bereaksi dalam kelompok, remaja yang pandai akan bereaksi lebih emosional terhadap rangsangan dibandingkan dengan remaja yang kurang pandai.

F.      Upaya pengembangan Emosi Remaja pendidikan
Dalam kaitannya dengan emosi remaja awal yang cenderung banyak melamun dan sulit diterka, maka satu-satunya hal yang dapat dilakukan oleh guru adalah konsisten dalam pengelolaan kelas dan memperlakukan siswa seperti orang dewasa yang penuh tanggung jawab. Guru-guru dapat membantu mereka yang bertingkah laku kasar dengan jalan mencapai keberhasilan dalam tugas sekolah sehingga mereka menjadi anak yang lebih tenang dan lebih mudah ditangani. Salah satu cara yang mendasar adalah dengan mendorong mereka untuk bersaing dengan diri sendiri.
Apabila ada ledakan kemarahan sebaiknya kita memperkecil ledakan emosi tersebut, misalnya dengan jalan tindakan yang bijaksana dan lemah lembut, mengubah pokok pembicaraan, memulai aktifitas baru. Jika kemarahan siswa tidak kunjung juga reda, guru dapat meminta guru Bimbingan dan Konseling. Dalam diskusi kelas tekankan pentingnya memperhatikan pandangan orang lain dalam meningkatkan panangan sendiri. Kita hendaknya waspada terhadap siswa yang ambisius, berpendirian keras, dan kaku yang suka mengintimidasi kelasnya sehingga tidak ada seseorang yang berani tidak sependapat dengannya atau menentangnya.
            Reaksi seringkali terjadi pada diri remaja terhadap temuan-temuan mereka bahwa kesalahan orang dewasa merupakan tantangan terhadap otoritas orang dewasa. Guru perlu memahami alasan-alasan pemberontakannya, adalah sama pentingnya bagi remaja untuk belajar mengendalikan dirinya, karena hidup di masyarakat adalah juga menghormati dan menghargai keterbatasan dan kebebasan individual. Untuk menunjukkan kematangan mereka, terutama remaja pria seringkali merasa terdorong untuk menentang otoritas orang dewasa. Cara menghadapi pemberontakkan remaja adalah mencoba mengerti mereka dan membimbing mereka untuk berprestasi sesuai potensinya.
Remaja ada dalam keadaan yang membingungkan dan serba sulit. Dalam banyak hal ia tergantung pada orang tua dalam keperluan fisik dan merasa mempunyai kewajiban memenuhinya, tetapi belum mampu memelihara dirinya sendiri. Namun ia merasa ingin lepas dari orang tuanya agar ia menjadi dewasa mandiri, sehingga aanya konflik dengan orang tua tidak dapat dihindari. Apabila hal ini terjadi, para remaja mungkin merasa bersalah yang selanjutnya dapat memperbesar jurang antara dia dengan orang tua.
Siswa  sekolah menengah atas banyak mengisi pikirannya dengan hal-hal yang lain dari pada tugas-tugas sekolah.  Misalnya seks dan konflik dengan orang tua. Jadi diperlukan pengendalian lingkungan untuk pembinaan pola emosi positif dan menghilangkan emosi negatif. 


BAB III
PENUTUP
A.     Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan materi di atas, dapat disimpulkan bahwa emosi adalah emosi merupakan gambaran perasaan atau suasana bathin seseorang yang diekspresikan melalui tindakan. Pola emosi masa remaja adalah sama dengan pola emosi masa kanak-kanak. Jenis emosi yang secara normal dialami adalah: cinta/kasih sayang, gembira, amarah, takut dan cemas, cemburu, sedih dan lain-lain. Perbedaannya terletak pada macam dan derajat rangsangan yang membangkitkan emosinya, dan khususnya pola pengendalian yang dilakukan individu terhadap ungkapan emosi mereka.
Sejumlah penelitian tentang emosi anak menunjukkan bahwa perkembangan emosi mereka bergantung pada faktor kematangan dan faktor belajar. Dimana,  perkembangan emosi ini berpengaruh terhadap tingkah laku seseorang. Misalnya rasa takut atau marah dapat menyebabkan seseorang gemetar.
Dalam kaitannya dengan emosi remaja awal yang cenderung banyak melamun dan sulit diterka, maka satu-satunya hal yang dapat dilakukan oleh guru adalah konsisten dalam pengelolaan kelas dan memperlakukan siswa seperti orang dewasa yang penuh tanggung jawab, apabila ada ledakan kemarahan sebaiknya kita memperkecil ledakan emosi tersebut.
B.     Saran
Bagi para guru atau dan juga orang tua, hendaknya dapat memahami perkembangan remaja sehingga kiranya dapat membantu anak remaja dalam mengembangkan emosinya agar tidak kearah yang negative.


DAFTAR PUSTAKA
Halidu, Salma. 2011. Bahan Ajar Mata Kuliah Perkembangan dan Belajar Peserta Didik. Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo
Sunarto, H dan Agung Hartono. 2008. Perkembangan Peserta Didik. jakarta: PT. Rineka Cipta
Gusrini, Vivi.2005. Pemecahan Konflik Interpersonal Pada Remaja Yang Populer. Sumatera: Universitas Sumatera Utara

s

2 komentar: