Kamis, 15 November 2012

Perkembangan Emosi Remaja


BAB I
PENDAHULUAN
A.     Latar Belakang
Kehidupan masa remaja senantiasa menarik untuk dibicarakan dikarenakan kompleksnya permasalahan-permasalahan yang ada di dalamnya. Ibarat sebuah rumah jika kehidupan masa anak adalah pondasi yang menentukan masa depan selanjutnya, maka pada masa remaja individu bagai rumah yang sudah terbentuk dan pada masa dewasa, rumah tiak lagi mengalami perubahan yang mendasar. Masa transisi antara masa anak dan masa dewasa ini sering kalu menimbulkan kegelisahan. Tak heran kalau G. Stanley Hall dalam Mappiare (1982), seorang yang disebut sebagai Bapak Psikologi Remaja illmiah menyebut masa ini sebagai “storm dan stress”. Masa peralihan ini banyak mengalami kesulitan-kesulitan dalam penyesuaian terhadap dirinya maupun terhadap lingkungan sosialnya. Hal ini disebabkan karena remaja bukan kanak-kanak lagi tetapi juga belum dewasa dan remaja ingin diperlakukan sebagai orang dewasa sedangkan lingkungan menganggap bahwa remaja belum waktunya untuk diperlakukan sebagai orang dewasa.
Seseorang individu dalam merespon sesuatu lebih banyak diarahkan oleh penalaran dan pertimbangan-pertimbangan objektif. Akan tetapi,disaat-saat tertentu dalam kehidupannya dorongan emosional banyak campur tangan dan mempengaruhi pemikiran-pemikiran  dan tingkah lakunya. Oleh Karen itu, untuk memahami remaja memang perlu mengetahui apa yang ia lakukan dan pikirkan. Di samping hal itu hal yang lebih penting untuk diketahui adalah apa yang mereka rasakan. Emosi remaja mengalami perkembangan yang berpengaruh terhadap tingkah lakunya.
B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud emosi?
2.      Bagaimana karakteristik perkembangan emosi remaja?
3.      Apa factor-faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi remaja?
4.      Bagaimana penagruh emosi terhadap tingkah laku?
5.      Bagaimana perbedaan individual dalam perkembangan emosi?
6.      Bagaimana upaya pengembangan Emosi Remaja dan Implikasinya dalam penyelenggaraan pendidikan
C.     Tujuan
1.      Mengetahui pengertian emosi
2.      Mengetahui karakteristik perkembangan emosi remaja
3.      Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan emosi remaja
4.      Mengetahui pengaruh emosi terhadap tingkah laku
5.      Mengetahui perbedaan individual dalam perkembangan emosi
6.      Memahami upaya pengembangan Emosi Remaja dan Implikasinya dalam penyelenggaraan pendidikan



BAB II
PEMBAHASAN
A.     Pengertian Emosi
      Perbuatan atau perilaku kita sehari-hari pada umumnya disertai oleh perasaan-perasaan tertentu, seperti perasaan senang atau tidak senang. Perasaan senang atau tidak senang atau tidak senang yang terlalu menyertai perbuatan kita sehari-hari disebut warna efektif. Warna efektif ini kadang-kadang kuat, kadang-kadang lemah atau kadang-kadang tidak jelas (samar-samar). Dalam hal warna efektif tersebut kuat, maka perasaan-perasaan menjadi lebih mendalam, lebih luas dan lebih terarah. Perasaan-perasaan seperti ini disebut emosi (Sarlito, 1982:59) di samping perasaan senang atau tidak senang, beberapa contoh emosi lain adalah gembira, cinta, marah, takut, cemas, dan benci.
      Emosi merupakan gambaran perasaan atau suasana bathin seseorang yang diekspresikan melalui tindakan. Emosi dan perasaan adalah dua hal yang berbeda. Tetapi perbedaan diantaranya tidak dapat dinyatakan dengan tegas. Emosi dan perasaan merupakan suatu gejala emosional yang secara kualitatif berkelanjutan akan tetapi tidak jelas batasnya. Pada suatu saat suatu warna efektif dapat dikatakan sebagai perasaan, tetapi dapat juga dikatakan sebagai emosi. Contohnya marah yang ditunjukkan dalam bentuk diam. Jadi, sukar sekali kita mendifinisikan emosi. Menurut Crow & Crow (1958) pengertian emosi itu adalah sebagai berikut:
      an emotion, is an affective experience that accompanies generalized inner adjustment and mental and physiological stirred up states in the individual, and that shows it self in his overt behavior.”
      Jadi, emosi adalah pengalaman afektif yang disertai penyesuaian dari dalam diri individu tentang keadaan mental dan fisik dan berwujud suatu tingkah laku yang tampak.
      Emosi adalah warna afektif yang kuat dan ditandai oleh perubahan-perubahan fisik. Pada saat terjadi emosi sering kali terjadi perubahan-perubahan pada fisik, antara lain berupa:
1)      Reaksi elektris pada kulit: meningkat bila terpesona
2)      Peredaran darah: bertambah cepat bila marah
3)      Denyut jantung: bertambah cepat bila terkejut
4)      Pernapasan: bernafas panjang kalau kecewa
5)      Pupil mata: membesar bila marah
6)      Liur: mengering kalau takut atau tegang
7)      Bulu roma: berdiri kalau takut
8)      Pencernaan: mencret-mencret kalau tegang
9)      Otot: ketegangan atau ketakutan menyebabkan otot menegang atau bergetar (tremor).
10)  Komposisi darah: komposisi darah akan ikut berubah karena emosional yang menyebabkan kelenjar-kelenjar lebih aktif.
B. Karakteristik Perkembangan Emosi
Secara tradisional masa remaja dianggap sebagai periode “badai dan tekanan”, suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar.meningginya emosi terutama karena anak (laki-laki atau perempuan) berada di bawah tekanan sosial dan mereka menghadapi kondisi baru, sedangkan selama masa kanak-kanak ia kurang mempersiapkan diri untuk menghadapi keadaan-keadaan itu. Tidak semua remaja mengalami masa badai dan tekanan, namun benar juga bila sebagian remaja mengalami ketidakstabilan dari waktu ke waktu sebagai konsekuensi usaha penyesuaian diri terhadap pola perilaku baru dan harapan sosial baru.
            Pola emosi masa remaja adalah sama dengan pola emosi masa kanak-kanak. Jenis emosi yang secara normal dialami adalah: cinta/kasih sayang, gembira, amarah, takut dan cemas, cemburu, sedih dan lain-lain. Perbedaannya terletak pada macam dan derajat rangsangan yang membangkitkan emosinya, dan khususnya pola pengendalian yang dilakukan individu terhadap ungkapan emosi mereka.
            Remaja sendiri menyadari bahwa aspek-aspek emosional dalam kehidupan adalah penting ( Jersild, 197:133). Untuk selanjutnya berikut ini akan di bahas beberapa kondisi emosional seperti: cinta/kasih sayang, gembira, kemarahan dan permusuhan, katakutan dan kecemasan.
a.      Cinta/ kasih saying
Faktor penting dalam kehidupan remaja adalah kapasitasnya untuk mencintai orang lain dan kebutuhannya untuk mendapatkan  cinta dari orang lain. Kemampuan untuk menerima cinta sama pentingnya dengan kemampuan untuk memberinya.
Walaupun remaja bergerak ke dunia pergaulan yang lebih luas, dalam dirinya masih terdapat sifat kanak-kanaknya. Remaja membutuhkan kasih sayang di rumah yang sama banyaknya dengan apa yang mereka alami pada tahun-tahun sebelumnya. Karena alasan inilah maka sikap menentang mereka, menyalahkan mereka secara langsung, mengolok-ngolok mereka pada waktu pertama kali mengolok-ngolok mereka karena mencukur kumisnya, adanya perhatian terhadap lawan jenisnya, merupakan tindakan yang kurang bijaksana.
b.      Gembira
Pada umumnya individu dapat mengingat kembali pengalaman yang menyenangkan yang dialami selama remaja. Jika kita menghitung hal-hal yang menyenangkan tersebut kita agaknya mempunyai cerita yang panjang dan lengkap tentang apa yang terjadi dalam perkembangan emosional remaja.
Perasaan gembira dari remaja belum banyak diteliti. Perasaan gembira sedikit mendapat perhatian dari petugas peneliti daripada perasaan marah dan takut atau tingkah laku problema lain yang memantulkan kesedihan. Rasa gembira akan dialami apabila gejala sesuatunya berlangsung dengan baik dan para remaja dengan baik dan para remaja akan mengalami kegembiraan jika ia diterima sebagai seorang sahabat atau bila ia jatuh cinta dan cintanya itu mendapat sambutan(diterima) oleh yang dicintai.
c.       Kemarahan dan Permusuhan
Sejak masa kanak-kanak, rasa marah telah dikaitkan dengan usaha remaja untuk mancapai dan memiliki kebebasan sebagai seorang pribadi yang mandiri. Rasa marah merupakan gejala yang penting di antara emosi-emosi yang memainkan peranan yang menonjol dalam perkembangan kepribadian. Pertama, di antara emosi-emosi ini adalah cinta, dimana kita ketahui bahwa dicintai dan mencintai adalah gejala emosi bagi perkembangan pribadi yang sehat. Rasa marah juga penting dalam kehidupan, karena melalui rasa marahnya seseorang mepertajam tuntutannya sendiri dan pemilikan minat-minatnya sendiri.
Mendekati saat mencapai remaja, dia telah melalui banyak fase dalam perkembangan emosional, antara lain dalam kaitannya dengan perbuatan marah dan cara menyatakan kemarahan itu. Kondisi-kondisi dasar yang menyebabkan timbulnya rasa marah kurang lebih sama, tetapi ada beberapa perubahan sehubungan dengan pertambahan umurnya dan kondisi-kondisi  tertentu yang menimbulkan rasa marah atau meningkatnya penguasaan kendali emosional. Banyaknya hambatan yang menyebabkan anak kehilangan kendali terhadap rasa marah, sedikit berpengaruh pada kehidupan emosional remaja. Tetapi rasa marah tersebut terus akan berlanjut pemunculanya apabila minat-minatnya, rencana-rencananya dan tindakan-tindakannya di rintangi.
Dalam upaya memahami remaja, ada empat factor yang sangat penting sehubungan dengan rasa marah.
1.      Adanya kenyataan bahwa perasaan marah berhubungan dengan usaha manusia untuk memiliki dirinya dan menjadi dirinya sendiri.
2.      Pertimbangan penting lainnya adalah ketika individu mencapai masa remaja, dia tidak hanya merupakan subyek kemarahan yang berkembang dan kemudian menjadi surut, tetapi juga mempunyai sikap-sikap dimana ada sisa kemarahan dalam bentuk permusuhan yang meliputi sisa kemarahan masa lalu.
3.      Sering kali perasaan marah sengaja di sembunyikan dan sering kali tampak dalam bentuk yang sama-samar. Bahkan seni dari kinta mungkin di pakai sebagai alat kemarahan.
4.      Kemarahan mungkin berbalik pada dirinya sendiri. Dalam beberapa hal, aspek ini merupakan aspek yang sangat penting dan juga paling sulit di pahami.
d.         Ketakutan dan Kecemasan.
Menjelang anak mencapai masa remaja, dia telah mengalami serangkaian perkembangan panjang yang mempengaruhi pasang surut berkenaan dengan rasa ketakutannya. Beberapa rasa takut terdahulu telah teratasi, teteapi masih banyak yang tetapn ada. Banyak ketakutan-ketakutan baru muncul karena adanya kecemasan-kecemasan dan rasa berani yang bersamaan dengan perkembangan remaja itu sendiri.
Semua remaja sedikit banyak takut terhadap waktu. Beberapa diantara mereka merasa takut hanya pada kejadian-kejadian bila mereka dalam bahaya. Beberapa orang mengalami rasa takut secara berulang-ulang dengan kejadian dalam kehidupan sehari-hari, atau karena mimpui-mimpi, atau karena fikiran-fikiran mereka sendiri. Beberapa orang dapat mengalami rasa takut sampai berhari-hari atau bahkan berminggu-minggu.
Biehler (1972) membagi ciri-ciri emosional remaja menjadi dua rentang usia, yaitu 12-15 tahun dan 15-18 tahun.
Ciri-ciri emosional remaja berusia 12-1 tahun:
1.      Pada usia ini seorang siswa atau anak cenderung banyak murung dan tidak dapat diterka.
2.      Siswa mungkin bertingkah laku kasar untuk menutupi kekurangan dalam hal rasa percaya diri.
3.      Ledakan-ledakan kemarahan mungkin biasa terjadi. Hal ini sering terjadi terjadi sebagai akibat dari kombinasi ketegangan psikologis, ketidakstabilan biologis, dan kelelahan karena bekerja terlalu keras atau pola makan yang tidak tepat atau tidur yang tidak cukup.
4.      Seorang remaja cenderung tidak toleran terhadap orang lain dan membenarkan pendapatnya sendiri yang disebabkan kurangnya rasa percaya diri.
5.      Siswa-siswa di smp mulai mengamati orang tua dan guru-guru mereka secara lebih objektif dan mungkin mrnjadi marah apabila mereka ditipu dengan gaya guru yang bersikap serba tahu.
Ciri-ciri emosioal remaja usia 1-18 tahun:
1.      “pemberontakan” remaja merupakan pernyataan-pernyataan/ekspresi dari perubahan yang universal dari maa kanak-kanak- ke dewasa.
2.      Karena bertambahbnya kebebasan mereka, banyak remaja yag mengalami konflik dengan orang tua mereka.
3.      Siswa pada usia ini sering kali melamun, memikirkan masa depan mereka. Benyak diantara mereka terlalu tinggi menafsir kemampuan mereka sendiri Dan merasa berpeluang besar untuk memasuki pekerjaan dan memegang jabatan tertentu.
C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Emosi 
Sejumlah penelitian tentang emosi anak menunjukkan bahwa perkembangan emosi mereka bergantung pada faktor kematangan dan faktor belajar (Hurlock, 1960: 266). Reaksi emosional yang tidak muncul pada awal kehidupan tidak berarti tidak ada, raksi tersebut mungkin akan muncul di kemudian hari, dengan berfungsinya sistem endokrin. Kematangan dan belajar terjalin erat satu sama lain dalam mempengaruhi perkembangan emosi.
Perkembangan  intelelektual  menghasilkan kemampuan untuk memahami mekna yang sebelumnya tidak dimengerti, memperhatikan satu rangsangan dalam jangka waktu yang lebih lama, dan menimbulkan emosi terarah pada satu objek. Demikian pula kemampuan mengingat mempengaruhi reaksi emosional. Dengan demikian anak-anak menjadi reaktif terhadap rangsangan yang tadinya tidak mempengaruhi mereka pada usia yang lebih muda.
Perkembangan kelenjar endokrin pointing untuk mematangkan perilaku emosional. Bayi secara relatif kekurangan produksi endokrin yang diperlukan untuk menopang reaksi fisiologis terhadap stres. Kelenjar adrenalin yang memainkan peran utama pada emosi mengecil secara tajam segera setelah bayi lahir. Tidal alam kemudian kelenjar itu membesar lagi dan membesar dengan pesat sampai anak berusia 5 tahun, pembesarannya melambat pda usia  5 smpai 11 tahun, dan membesar lebih pesat lagi sampai anak berusia 16 tahun. Pada usia 16 tahuin kelenjar tersebut mencapai kembali ukuran semula seperti saat anak lahir. Hanya sedikit adrenalin yang diproduksi dan dikeluarkan sampai saat kelenjar itu membesar. Kegiatan belajar turut menunjang perkembangan emosi. Metode belajar yang menunjang perkembangan emosi, antara lain:
1)      Belajar dengan coba-coba
Anak belajar coba-coba untuk mengekspresikan emosi dalam bentuk perilaku yang memberikan pemuasan terbesar kepadanya, dan menolak perilaku yang memberikan pemuasan sedikit atau tidak sama sekali memberikan kepuasan. Cara belajar ini lebih umum digunakan pada masa kanak-kanak awal dibandingkan dengan sesudahnya, tetapi sepanjang perkembangannya tidak pernah ditinggalkan sama sekali.
2)      Belajar dengan cara meniru
Dengan cara mengamati hal-hal yang membangkitkan emosi orang lain, anak-anak bereaksi dengan emosi dan metode ekspresi yang sama dengan orang-orang yang diamati. Contoh, anak yang peribut mungkin menjadi marah terhadap teguran guru. Jika ia seorang anak yang popular dikalangan teman sebayanya maka mereka juga akan ikut marah kepda guru tersebut.
3)      Belajar dengan cara mempersamakan diri
Anak menirukan reaksi emosional orang lain yang tergugah oleh rangsangan yang sama dengan rangsangan yang telah membangkitkan emosi orang yang ditiru. Di sini anak hanya menirukan orang yang dikagumi dan mempunyai ikatan emosional yang kuat dengannya.
4)      Belajar melalui pengkondisian
Dengan metode ini objek situasi yang pada mulanya gagal memancing reaksi emosional, kemudian dapat berhasil dengan cara asosiasi. Pengkondisian dapat terjadi dengan mudah dan cepat pada tahun-tahunawal kehidupan karena anak kecil kurang mampu menalar, kurang pengalaman untuk menilai situasi secara kritis, dan kurang mengenal betapa tidak rasionalnya reaksi mereka. Setelah melewati masa kanak-kanak, penggunaan metode pengkondisian semakin terbatas pada perkembangan rasa suka dan tidak suka.
5)      Pelatihan atau belajar di bawah bimbingan dan pengawasan, terbatas pada aspek reaksi
Kepada anak diajarkan cara bereaksi yang dapat diterima jika sesuatu emosi terangsang. Dengan pelatihan, anak-anak dirangsang untuk bereaksi terhadap rangsangan yang biasanya  membangkitkan emosi yang menyenangkan dan dicegah agar tidak bereaksi secara emosional terhadap rangsangan yang membangkitkan emosi yang tidak menyenangkan.
D.    Pengaruh Emosi Terhadap Tingkah Laku
Rasa takut atau marah dapat menyebabkan seseorang gemetar. Dalam ketakutan, mulut menjadi kering, cepatnya jantung berdetak/berdenyut, derasnya aliran darah atau tekanan darah, sitem pencernaan  mungkin berubah selama pemunculan emosi. Cairan pencernaan atau getah lambung terpengaruh oleh gangguan emosi. Keadaan emosi yang menyenangkan dan relaks berfungsi sebagai alat pembantu untuk mencerna, sedangkan perasaan tidak enak atau tertekan menghambat/mengganggu pencernaan.
Di antara rangsangan yang meningkatkan kegiatan belajar sekresi dari getah lambung adalah ketakutan-ketakutan yang kronis, kegembiraan yang berlebihan, kecemasan-kecemasan, dan kekuatiran-kekuatiran. Semua ini menyebabkan menurunnya kegiatan sistem pencernaan dan kadang-kadang menyebabkan sembelit. Satu-satunya cara penyembuhan yang efektif adalah menghilangkan penyebab dari ketegangan emosi. Peradangan di dalam perut atau lambung, diare, dan sembelit adalah keadaan-keadaan yang dikenal karena karena terjadinya berhubungan dengan gangguan emosi. Radang tidak dapat disembuhkan demikian juga diare atau sembelit. Keadaan emosi yang normal sangat bermanfaat bagi kesehatan. Gangguan emosi juga dapat menjadi penyebab kesulitan dalam berbicara. Ketegangan emosional yang cukup lama mungkin menyebabkan seseorang gagap. Banyak situasi yang timbul di sekolah atau dalam suatu kelompok yang dapat menyebabkan seseorang menjadi tenang.
E.     Perbedaan Individual dalam Perkembangan Emosi
Seiring meningkatnya usia, individu akan lebih lunak dalam mengekspresikan emosi karena mereka telah mempelajari reaksi orang lain terhadap luapan emosi yang berlebihan, sekalipun emosi itu yang menyenangkan. Selain itukarena mereka mengekang sebagian ekspresi emosi mereka, emosi tersebut cenderung bertahan lebih lama dari pada jika emosi itu diekspresikan secara lebih terbuka. Oleh sebab itu ekspresi emosional mereka menjadi lebih berbeda-beda.
Perbedaan ittu sebagian disebabkan oleh keadaan fisik dan taraf kemampuan intelektualnya, serta kondisi lingkungan. Remaja yang sehat cenderung kurang emosional dibanding dengan yang kurang sehat. Ketika bereaksi dalam kelompok, remaja yang pandai akan bereaksi lebih emosional terhadap rangsangan dibandingkan dengan remaja yang kurang pandai.

F.      Upaya pengembangan Emosi Remaja pendidikan
Dalam kaitannya dengan emosi remaja awal yang cenderung banyak melamun dan sulit diterka, maka satu-satunya hal yang dapat dilakukan oleh guru adalah konsisten dalam pengelolaan kelas dan memperlakukan siswa seperti orang dewasa yang penuh tanggung jawab. Guru-guru dapat membantu mereka yang bertingkah laku kasar dengan jalan mencapai keberhasilan dalam tugas sekolah sehingga mereka menjadi anak yang lebih tenang dan lebih mudah ditangani. Salah satu cara yang mendasar adalah dengan mendorong mereka untuk bersaing dengan diri sendiri.
Apabila ada ledakan kemarahan sebaiknya kita memperkecil ledakan emosi tersebut, misalnya dengan jalan tindakan yang bijaksana dan lemah lembut, mengubah pokok pembicaraan, memulai aktifitas baru. Jika kemarahan siswa tidak kunjung juga reda, guru dapat meminta guru Bimbingan dan Konseling. Dalam diskusi kelas tekankan pentingnya memperhatikan pandangan orang lain dalam meningkatkan panangan sendiri. Kita hendaknya waspada terhadap siswa yang ambisius, berpendirian keras, dan kaku yang suka mengintimidasi kelasnya sehingga tidak ada seseorang yang berani tidak sependapat dengannya atau menentangnya.
            Reaksi seringkali terjadi pada diri remaja terhadap temuan-temuan mereka bahwa kesalahan orang dewasa merupakan tantangan terhadap otoritas orang dewasa. Guru perlu memahami alasan-alasan pemberontakannya, adalah sama pentingnya bagi remaja untuk belajar mengendalikan dirinya, karena hidup di masyarakat adalah juga menghormati dan menghargai keterbatasan dan kebebasan individual. Untuk menunjukkan kematangan mereka, terutama remaja pria seringkali merasa terdorong untuk menentang otoritas orang dewasa. Cara menghadapi pemberontakkan remaja adalah mencoba mengerti mereka dan membimbing mereka untuk berprestasi sesuai potensinya.
Remaja ada dalam keadaan yang membingungkan dan serba sulit. Dalam banyak hal ia tergantung pada orang tua dalam keperluan fisik dan merasa mempunyai kewajiban memenuhinya, tetapi belum mampu memelihara dirinya sendiri. Namun ia merasa ingin lepas dari orang tuanya agar ia menjadi dewasa mandiri, sehingga aanya konflik dengan orang tua tidak dapat dihindari. Apabila hal ini terjadi, para remaja mungkin merasa bersalah yang selanjutnya dapat memperbesar jurang antara dia dengan orang tua.
Siswa  sekolah menengah atas banyak mengisi pikirannya dengan hal-hal yang lain dari pada tugas-tugas sekolah.  Misalnya seks dan konflik dengan orang tua. Jadi diperlukan pengendalian lingkungan untuk pembinaan pola emosi positif dan menghilangkan emosi negatif. 


BAB III
PENUTUP
A.     Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan materi di atas, dapat disimpulkan bahwa emosi adalah emosi merupakan gambaran perasaan atau suasana bathin seseorang yang diekspresikan melalui tindakan. Pola emosi masa remaja adalah sama dengan pola emosi masa kanak-kanak. Jenis emosi yang secara normal dialami adalah: cinta/kasih sayang, gembira, amarah, takut dan cemas, cemburu, sedih dan lain-lain. Perbedaannya terletak pada macam dan derajat rangsangan yang membangkitkan emosinya, dan khususnya pola pengendalian yang dilakukan individu terhadap ungkapan emosi mereka.
Sejumlah penelitian tentang emosi anak menunjukkan bahwa perkembangan emosi mereka bergantung pada faktor kematangan dan faktor belajar. Dimana,  perkembangan emosi ini berpengaruh terhadap tingkah laku seseorang. Misalnya rasa takut atau marah dapat menyebabkan seseorang gemetar.
Dalam kaitannya dengan emosi remaja awal yang cenderung banyak melamun dan sulit diterka, maka satu-satunya hal yang dapat dilakukan oleh guru adalah konsisten dalam pengelolaan kelas dan memperlakukan siswa seperti orang dewasa yang penuh tanggung jawab, apabila ada ledakan kemarahan sebaiknya kita memperkecil ledakan emosi tersebut.
B.     Saran
Bagi para guru atau dan juga orang tua, hendaknya dapat memahami perkembangan remaja sehingga kiranya dapat membantu anak remaja dalam mengembangkan emosinya agar tidak kearah yang negative.


DAFTAR PUSTAKA
Halidu, Salma. 2011. Bahan Ajar Mata Kuliah Perkembangan dan Belajar Peserta Didik. Gorontalo: Universitas Negeri Gorontalo
Sunarto, H dan Agung Hartono. 2008. Perkembangan Peserta Didik. jakarta: PT. Rineka Cipta
Gusrini, Vivi.2005. Pemecahan Konflik Interpersonal Pada Remaja Yang Populer. Sumatera: Universitas Sumatera Utara

s

Analisis Kualitatif dan kuantitatif

ATTEMPT II.

A.    TITLE            : KONSEP ANALISIS KUALITATIF DAN KUANTITAIF
B.    PURPOSE        : Mahasiswa mampu menganalisis secara kuantitatif dan kualitatif sampel atau bahan paraktikum.
C.    COGNITIVE BASIC    :
Pada dasarnya, konsep analisis kimia dapat dibagi atas 2 bagian:
1.    analisis kualitatif, analisis yang berhubungan dengan identifikasi suatu zat atau campuran yan tidak diketahui.
2.    analisis kuntitatif, analisis kimia yang menyangkut penentuan jumlah zat tertentu yang ada dalam suatu sample (contoh).
Ada dua langkah utama dalam analisis adalah identifikasi dan estimasi komponen-komponen suatu senyawa. Langkah identifikasi ini dikenal sebagai analisis kualitatif sedangkan estimasinya adalah analisi kuantitatif.
 Walaupuan analisis kualitatif sudah banyak ditingagalkan, namun analisis kualitatif ini merupakan aplikasi prinsip-prnsip umum dan konsep-konsep dasar yang telah dipelajari dalam kimia dasar. Analisis kualitatif digunakan sebelum analisis kuantitatif. Setelah mengetahui komponen/ pengotor apa melelui analisis kualitatif, barulah dilakukan analisis kuantitatif. Tujuan utama analisis kauntittatif adalah unutk mengetahui kuantitas (jumlah) dari setiap komponen yang menyusun analit. Langkah ini terbilang sederhana.
Dalam analisis kualitatif pengamatan visual merupakan hal yang penting. Bila kita dihadapkan pada suatu larutan yang tidak diketahui, pertanyaan yang timbul adalah “ apakah warnanya? “. Warna adalah penting, karena beberapa ion anorganik dapat diketahui dari warnanya yang spesifik. Walau demikian kita tidak boleh menarik kesimpulan secara tepat terutama bila yang dianalisi berupa larutan yang terdiri atas campuran beberapa ion harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak terjadi kesimpulan yang salah.
Misalnya, larutan yang mengandung ion Co2+ berwarna pink dalam larutan yang mengandung Ni2+ berwarna hijau, bila saling bercampur menjadi tidak berwarna. Amatan visual berkaitan dengan warna dari sampel padatan juga penting. Warna-warna endapan yang dihasilkan dari reaksi dalam larutan kadang-kadang menunjukan identitas dari endapan yang terbentuk. Larutan Pb2+ dan I- keduanya tidak berwarna, yang apabila dicampurkan akan terbentuk endapan kuning terang dari PbI2. komponen-komponen penyusun campuran padat seringkali diidentifikasi dari masing-masing warnanya.    
Analisis kuantitatif dapat diklasifikasikan dengan dasar perbedaan metode analisis atau diklasifikasikan dengan dasar skala analisisnya.
Analisis kuantitatif menghasilkan data numerik yang memilki satuan tertentu. Data analisis kuantitatif umumnya dinyatakan dalam satuan volume, berat maupun konsentrasi dengan menggunakan analisis tertentu. Analisis kuantitatif agak lebih rumit.
Analisis kuantitatif adalah pengukuran banyaknya komponen yang diinginkan Dalam cuplikan yang dianalisis. Analisis kuantitatif berkaitan dengan penetapan berapa banyak suatu zat tertentu yang terkandung dalam suatu sampel. Zat yang ditetapkan tesebut, sering kali dinyatakan sebagai konstituen atau analit, menyusun entah sebagian kecil atau sebagian besar sampel yang dianalisis jika zat yang dianalisa menyusun lebih 1% dari sampel, maka analit ini dianggap sebagai konstituen utama.
Analisis kuantitatif dapat diklasifikasikan dengan dasar metode analisis atau diklasifikasikan berdasarkan skala analisisnya. Klasifikasi itu dapat dibagi atas metode-metode yang mencakup metode analisis klasik seperti gravimetri atau volumetri dan yang mencakup instrumentasi cangih, yang kemudian dikenal sebagai tekhnik analisis moderen. Pada mulanya metode yang baru ini tidak dapat menjamin hasil yang reprodusibel. Untuk mendapatkan hasil yang reprodusibel maka harus diperoleh contoh yang benar-benar reprpresentaitif dan bebas dari unsur-unsur pengganggu. Karena unsur-unsur pengganggu dapat membuat hasil pengukuran yang tidak akurat.
Masalah seorang analis yang berhubungan dengan penarikan sampel dan unsur-unsur pengganggu dapat teratasi dengan pengetahuan penarikan sampel yang baik, netode pemisahan yang cukup sempurna seperti ekstraksi pelarut, pertukaran ion dan berbagai metode kromatografi. Namun, dapat dikatakan bahwa metode-metode isilasi dan pemurnian seperti ini belum cukup banyak. Bila jumlah contohnya berkisar pada konsentrasi milligram, langkah yang digunakan adalah gravimetric atau volumetri. Bila komponen yang dianalisa terdapat pada konsentrasi yang sangat rendah, digunakan metode-metode optik atau spektroskopi seperti UV-visible.
Analisis kualitatif membahas tentang identifikasi suatu zat, fokus kajiannya adalah unsur apa yang terdapat dalam suatu sampel (contoh). Analisis kualitatif sampel terdiri atas golongan kation.
Pada dasarnya konsep analisis kimia dapat dibagi atas dua bagian, yaitu:
1.    analisis kualitatif, analisis yang berhubungan dengan identifikasi suatu zat atau campuran yang tidak diketahui
2.    analisis kuantitatif, analisis kimia yang menyangkut penentuanjumlah zat tertentu yang ada didalam suatu sample (contoh)
ada dua aspek penting dalam analisis kualitatif, yaitu pemisahan dan identifikasa. Kedua aspek ini dilandasa oleh kelarutan, keasaman pembentukan senyawa kompleks, oksidasi reduksi, sifat penguapan dan ekstraksi. Sifat-sifat ini sebagai sifat periodik menunjukkan kecenderungan dalam kelarutan klorida, sulfide, hidroksida karbonat sulfat dan garam-garam lainnya dari logam.
Walaupun analisis kualitatif (analisis klasik) sudah banyak ditinggalkan, namun analisis kualitatif inimerupakan aplikasi prinsip-prinsip umum dan konsep-konsep dasar yang telah dipelajari dalam kimia dasar.
Setelah melakukan analisis kualitatif, diketahui komponen apa atau pengotor apa yang ada dalam sample tertentu, seringkali ditemukan informasi tambahan mengenai berapa banyaknya masing-masing komponen atau pengotor tersebut. Beberapa tekhik analisis kuantitatif diklasifikasikan atas dasar:
1.    pengukuran banyaknya pereaksi yang diperlukan untuk menyempurnakan suatu reaksi / banyaknyahasil reaksi yang terbentuk.
2.    pengukuran besarnya sifat listrik (misalnya potensiometri)
3.    pengukuran sifat optis (pengukuran obsorbans)
4.    kombinasi dari 1 dan 2 atau 1 dan 3.
        Analisis kimia kuantitatif yang klasik menyangkut analisis grafimetri dan titrimetri. Dalam analisis grafimetri, zat yang akan ditentukan diubah ke dalam bentuk endapan yang sukar larut, selanjutnya dipisah dan ditimbang.
        Sedangkan analisis titrimetri yang sering disebut analisis volumetric, zat yang akan ditentukan dibiarkan bereaksi dengan suatu pereaksi yang diketahui sebagai larutan standar (baku). Kemudian volume larutan tersebut yang diperlukan untuk dapat bereaksi sempurna tersebut diukur. Selain kedua metode analisis tersebut diatas, dalam analisis dasar ini akan dipelajari pula metode spektroskopi absorbsi.
1.    Sistematika analisis kation
        Prosedur yang biasa digunakan untuk menguji suatu zat yang tidak diketahui, pertama kali adalah membuat sample (contoh) yang dianalisis dalam bentuk cairan (larutan). Selanjutnya terhadap larutan yang dihasilkan dilakukan uji ion-ion yang mungkin ada.
        Kesulitan yang lebih besar dijumpai pada saat mengidentifikasi berbagai konsentrasi dalam suatu campuran untuk ion, biasanya dilakukan pemisahan ion terlebih dahulu melalui proses pengendapan, selanjutnya dilakukan pelarutan kembali endapan tersebut. Kemudian diadakan uji-uji spesifik untuk ion-ion yang akan diidentifikasi. Uji spesifik dilakukan dengan menambahkan reagen (pereaksi) tertentu yang akan memberikan larutan atau endapan berwarna yang merupakan karakteristik (khas) untuk ion-ion tertentu.
        Analisis campuran kation-kation memerlukan pemisahan kation secara sistematik dalam golongan dan selanjutnya diikuti pemisahan masig-masing golongan kedalam sub golongan dan komponen-komponennya. Pemisahan dalam golongan didasarkan perbedaan sifat kimianya dengan cara menambahkan pereaksi yang akan mengendapkan klorida dari ion-ion timbal (Pb2+),perak (Ag+) dan raksa (Hg2+). Setelah ion-ion ini diendapkan dan dipisahkan, ion-ion lain yang ada dalam larutan tersebut dapat diendapkan dan penambahan H2S dalam suasana asam setelah endapan dipisahkan perlakuan selanjutnya dengan pereaksi tertentu memungkinkan terpisah golongan ini.
        Jadi dalam analisis kualitatif sistematik kation-kation diklasifikasikan dalam lima golongan berdasarkan sifat-sifat kation terhadap beberapa pereaksi antara lain adalah asam klorida (HCl),hidrogen sulfida, amonium sulfida dan amonium karbonat.
        Umumnya klasifikasi kation didasarkan atas perbedaan kelarutan dari klorida, sulfida dan karbonat dari kation-kation tersebut. Skema dibawah ini memperlihatkan pemisahan-pemisahan kation-kation dalam golongan I sampai dengan V berdasarkan sifat kimianya. Setelah pemisahan dilakukan uji spesifik untuk masing-masing kation.
    Analisis golongan kation
Pada analisis sistematik dari kation maka golongan logam-logam yang akan diidentifikasi dipisahkan menurut golongan berikut:
- Golongan I, Disebut golongan asam klorida terdiri atas: Pb2+, Ag+, Hg2+
- Golongan II, disebut golongan hidrogen sulfida, terdiri atas: As, Sn, Sb, Cu, Pb2+, Bi2+, Hg2+, Cd2+
- Golongan III, disebut golongan amonium sulfida terdiri atas: Al, Cr, Fe, Zn, MN, Co, dan Ni
- Golongan IV, disebut golongan amonium karbonat, terdiri atas: Ba, Sr, dan Ca
- Golongan V, disebut golongna sisa, terdiri atas: Mg, K, NH4+
    Analisis golongan anion
Analisis anion dilakukan dengan mengamati perubahan spesifik dari sampel yang diuji meliputi perubahan warna/terjadinya gas/bau dari sampel yang diuji, atas penambahan asam sulfat encer atau pekat. Untuk menganalisis anion dalam larutan, maka harus bebas dari logam berat dengan cara menambah larutan Na2CO3 jenuh, lalu dididihkan. Dalam hal ini logam-logam tersebut akan terlarutkan sebagai garam karbonat, sedangkan anionnya terlarut sebagai garam natrium.
Analisis kuantitatif fokus kajiannya adalah penetapan banyaknya suatu zat tertentu (analit) yang ada dalam sampel. Analisis kuantitatif terhadap suatu sampel terdiri atas empat tahapan pokok:
1. Pengambilan atau pencuplikan sampel (sampling), yakni memilih suatu sampel yang  mewakili dari bahan yang dianalisis.
2. Mengubah analit menjadi suatu bentuk sediaan yang sesuai untuk pengukuran.
3. Pengukuran.
4. Perhitungan dan penafsiran pengukuran.
Langkah pengukuran dalam suatu analisis dapat dilakukan dengan cara-cara kimia, fisika, biologi. Teknik laboratorium dalam analisis kuantitatif digolongkan ke dalam titrimetri (volumetri), gravimetri dan instrumental. Analisis titrimetri berkaitan dengan pengukuran volume suatu larutan dengan konsentrasi yang diketahui yang diperlukan untuk bereaksi dengan analit. Pada cara gravimetri pengukuran menyangkut pengukuran berat. Istilah analisis instrumental berhubungan dengan pemakaian peralatan istimewa pada langkah pengukuran.
Metode yang baik dalam suatu analisis kuantitatif seharusnya memenuhi kriteria yaitu:
1)    Peka (sensitive), artinya metode harus dapat digunakan untuk menetapkan kadar senyawa dalam konsentrasi yang kecil. Misalnya pada penetapan kadar zat-zat beracun, metabolit obat dalam jaringan dan sebagainya.
2)    Presisi (Precise), artinya dalam suatu seri pengukuran (penetapan) dapat diperoleh hasil yang satu sama yang lain hampir sama.
3)    Akurat (Accurate), artinya metode dapat menghasilkan nilai rata-rata (mean) yang sangat dekat dengan nilai sebenarnya (true value).
4)    Selektif, artinya untuk penetapan kadar senyawa tertentu, metode tersebut tidak banyak terpengaruh oleh adanya senyawa lain yang ada.
5)    Praktis, artinya mudah dikerjakan serta tidak banyak memerlukan waktu dan biaya.
Syarat ini perlu sebab banyak senyawa-senyawa yang tidak mantap apabila waktu penetapan terlalu lama. Pemilihan metode yang memenuhi semua syarat di atas hampir tidak mungkin kita peroleh, sehingga perlu kita pilih kriteria yang sesuai dengan keadaan sampel yang kita uji. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan metode analisis adalah tujuan analisis, macam dan jumlah bahan yang dianalisis, ketepatan dan ketelitian yang diinginkan, lamanya waktu yang diperlukan untuk analisis, dan peralatan yang tersedia. Misalnya apabila sampel terlalu kecil kadarnya, maka sensitivitas menjadi dasar pemilihan metode analisis. Kriteria utama yang perlu diperhatikan dalam suatu analisis adalah ketepatan, ketelitian, dan selektifitas
    Kesetimbangan
Tetapan kesetimbangan untuk reaksi berikut:
aA + bB _ cC + dD
adalah : K = [C]c + {D]d
[A]a + [B]b
Nilai K tersebut konstan pada suhu dan tekanan tertentu. Dalam analisa kualitatif nilai K tersebut dapat digunakan untuk menggeser kesetimbangan ke arah reaksi yang dikehendaki. Kesetimbangan kimia dapat digeser ke arah pembentukan hasil reaksi dengan menambahkan lebih banyak pereaksi atau dengan mengeluarkan salah satu hasil reaksi dari sistem kesetimbangan. Dalam prakteknya hal ini berarti menambahkan pereaksi-pereaksi dengan berlebih, atau mengeluarkan hasil reaksi dari fase larutan misalnya dengan pengendapan, penguapan atau pun ekstraksi. Pergeseran kesetimbangan juga dapat dilakukan dengan cara merubah suhu atau pun tekanan.
    Reaksi Pengendapan
Banyak reaksi-reaksi yang menghasilkan endapan berperan penting dalam analisa kualitatif. Endapan tersebut dapat berbentuk kristal atau koloid dan dengan warna yang berbeda-beda. Pemisahan endapan dapat dilakukan dengan penyaringan atau pun sentrifus. Endapan tersebut terbentuk jika larutan menjadi terlalu jenuh dengan zat yang bersangkutan. Kelarutan suatu endapan adalah sama dengan konsentrasi molar dari larutan jenuhnya. Kelarutan bergantung pada berbagai kondisi seperti tekanan, suhu, konsentrasi bahan lain dan jenis pelarut. Perubahan kelarutan dengan perubahan tekanan tidak mempunyai arti penting dalam analisa kualitatif, karena semua pekerjaan dilakukan dalam wadah terbuka pada tekanan atmosfer. Kenaikan suhu umumnya dapat memperbesar kelarutan endapan kecuali pada beberapa endapan, seperti kalsium sulfat, berlaku sebaliknya. Perbedaan kelarutan karena suhu ini dapat digunakan sebagai dasar pemisahan kation. Misalnya, pemisahan kation Ag, Hg(I), dan Pb dapat dilakukan dengan mengendapkan ketiganya sebagai garam klorida, kemudian memisahkan Pb dari Ag dan Hg(I) dengan memberikan air panas. Kenaikan suhu akan memperbesar kelarutan Pb sehingga endapan tersebut larut sedangkan kedua kation lainnya tidak. Kelarutan bergantung juga pada sifat dan konsentrasi bahan lain yang ada dalam campuran larutan itu. Bahan lain tersebut dikenal dengan ion sekutu dan ion asing. Umumnya kelarutan endapan berkurang dengan adanya ion sekutu yang berlebih dan dalam prakteknya ini dilakukan dengan memberikan konsentrasi pereaksi yang berlebih. Tetapi penambahan pereaksi berlebih ini pada beberapa senyawa memberikan eek yang sebaliknya yaitu melarutkan endapan. Hal ini terjadi karena adanya pembentukan kompleks yang dapat larut dengan ion sekutu tersebut. Sedangkan adanya ion asing menyebabkan kelarutan endapan menjadi sedikit bertambah, kecuali jika terjadi reaksi kimia antara endapan dengan ion asing. Penambahan ion asing seperti penambahan asam atau basa kuat dan ligan dapat menyebabkan endapan menjadi larut kembali, Contohnya pada reaksi berikut:
Ni(OH)2 (s) + 2H+      Ni2+ + 2H2O
AgCl (s) + 2NH3         Ag(NH3)2+ +  Cl-
Perubahan kelarutan karena komposisi pelarut mempunyai sedikit arti penting dalam analisis kualitatif. Meskipun kebanyakan pengujian dilakukan dalam larutan air, dalam beberapa hal lebih menguntungkan jika digunakan pelarut lain misalnya pelarut organik seperti alkohol,eter, dan lain-lain. Hasil kali kelarutan suatu endapan yang dipangkatkan dengan bilangan yang sama dengan jumlah masing-masing ion bersangkutan menghasilkan tetapan yang dikenal dengan Ksp. Misalnya, jika endapan perak klorida ada dalam kesetimbangan dengan larutan jenuhnya:
AgCl         Ag+ + Cl-
Maka Ksp = [Ag+]1 [Cl-]1
Tetapan ini dalam analisis kualitatif mempunyai nilai yang berarti, karena tidak saja dapat menerangkan, tetapi juga dapat membantu meramalkan reaksi-reaksi pengendapan. Jika hasil kali ion lebih besar dari hasil kali kelarutan suatu endapan, maka akan terbentuk endapan, sebaliknya jika hasil kali ion lebih kecil dari hasil kali kelarutan maka endapan tidak akan terbentuk. Berdasarkan nilai Ksp ini maka kation-kation dapat dipisahkan menjadi beberapa kelompok kecil yang selanjutnya dapat memudahkan identifikasi masing-masing kation.





D.    TOOL AND MATERIAL    :
No     Name Tool    Image    Function
1    Gelas Kimia   
Berfungsi untuk diletakkannya larutan

2    Pipet Tetes   

Untuk meneteskan larutan dengan jumlah kecil.

3    Rak Tabung   
    Tempat tabung reaksi


4    Tabung Reaksi   





    Untuk mereaksikan zat
5    Gelas Ukur   




    untuk mengukur reagen yang digunakan
           




    Material:
1)    NaOH
    Sifat Fisik:
1.    Warna putih
2.    Massa molar 39,9971 g/mol
    Sifat Kimia:
1.    Larut dalam air
2.    Kebasaan (pkb) -2,34
2)    H2SO4
    Sifat Fisik:
1.    Cairan bening
2.    Titik leleh 10 0C
3.    Titik didih 330 0C
    Sifat Kimia:
    Asam kuat
3)    HCl
    Sifat Fisik:
1.    Cairan tak berwarna
2.    Titik leleh: 27,32 0C
3.    Titik didih 110 0C (303 K)
    Sifat Kimia:
1.    Korosif
2.    Asam kuat
4)    NH3:
    Sifat Fisik:
1.    Tak berwarna
2.    Densitas: 0,86 kg/m3
    Sifat Kimia:
1.    Larut dalam air
2.    Beracun
3.    Korosif
4.    Kebasaan (pkb) 4,75
5)    K2CrO4
    Sifat Fisik:
1.    Warna kuning
2.    Densitas: 2,7320 g/cm3
    Sifat Kimia:
1.    Larut dalam air
2.    Tidak larut dalam alcohol
3.    Beracun
4.    iritan
6)    AgCl2
    Sifat Fisik:
1.    Warna putih
2.    Massa molar 143,32 g/mol
    Sifat Kimia:
1.    Larut dalam NH3, HCl, H2SO4
2.    tidak larut dalam alkohol
7)    NH4OH
    Sifat Fisik:
1.    Cairan tak berwarna
2.    Kerapatan 0,91 g/cm3 (32%)
    Sifat Kimia:
1.    Korosif
2.    Larut dalam air
8)    KI:
    Sifat Fisik:
    Kelarutan dalam air 140 g/100 ml (20 0C)
    Sifat Kimia:
    Larut dalam aseton, salkohol dan ammonia
9)    Na2CO3:
    Sifat Fisik:
Kelarutan dalam air 215 g/L (20 0C)
    Sifat Kimia:
Kebasaan pKb 4,67. Dapat berupa anhidrat, monohidrat hingga dekahidrat





E.    WORKING PROCEDURE    :
1)    Sample A

 
          
Menambahkan HCl         Menambahkan KI         Menambahkan K2CrO4   Menambahkan KCN
Menambahkan NH3
Menambahkan NaOH  


 



     




2)    Sampel B




         










3)    Sampel C





    lm









4)    Sampel D

 















5)    Sampel E


 












6)    Sampel F
   
 
















F.    OBSERVING RESULT
PERLAKUAN    HASIL PENGAMATAN
SAMPEL A:

Ditambahkan HCl    Terbentuk       putih
Ditambahkan NH3    Terbentuk       putih

Ditambahkan NaOH    Terbentuk       putih

Ditambahkan KI    Terbentuk sedikit       kuning

Ditambahkan K2CrO4    Terbentuk       kuning
Ditambahkan KCN    Terbentuk sedikit       putih

Ditambahkan Na2CO3    Terbentuk       putih

SAMPEL B
Ditambahkan HCl    Terbentuk     putih

Ditambahkan NH3    Terbentuk      cokelat
Ditambahkan NaOH    Terbentuk     cokelat

Ditambahkan KI    Terbentuk      kuning

Ditambahkan K2CrO4    Terbentuk      merah

Ditambahkan KCN    Terbentuk    putih

Ditambahkan Na2CO3    Terbentuk putih    kekuningan

SAMPEL C
Ditambahkan NH4OH    Tidak terjadi perubahan
Ditambahkan NH3    Terbentuk        biru

Ditambahkan NaOH    Terbentuk        biru

Ditambahkan KI    Terbentuk     putih

SAMPEL D
Ditambahkan NH4OH    Terbentuk      putih

Ditambahkan NaOH    Larutannya larut
Ditambahkan Na2CO3    Nya terlarut

SAMPEL E
Ditambahkan H2SO4    Terbentuk putih
Ditambahkan K2CrO4    Terbentuk       kuning

Ditambahkan NH3    Tidak ada perubahan
Ditambahkan Na2CO3    Terbentuk     putih

SAMPEL F
Ditambahkan NaOH    Terbentuk       putih

Ditambahkan NH4OH    Terbentuk      putih

Ditambahkan NH3    Terbentuk       putih





























G.    WORKING THROUGH
Pada dasarnya, konsep analisis kimia dapat dibagi atas 2 bagian:
1.    analisis kualitatif, analisis yang berhubungan dengan identifikasi suatu zat atau campuran yan tidak diketahui.
2.    analisis kuntitatif, analisis kimia yang menyangkut penentuan jumlah zat tertentu yang ada dalam suatu sample (contoh).
Ada dua langkah utama dalam analisis adalah identifikasi dan estimasi komponen-komponen suatu senyawa. Langkah identifikasi ini dikenal sebagai analisis kualitatif sedangkan estimasinya adalah analisi kuantitatif.
Analisis kuantitatif adalah pengukuran banyaknya komponen yang diinginkan Dalam cuplikan yang dianalisis. Analisis kuantitatif berkaitan dengan penetapan berapa banyak suatu zat tertentu yang terkandung dalam suatu sampel. Zat yang ditetapkan tesebut, sering kali dinyatakan sebagai konstituen atau analit, menyusun entah sebagian kecil atau sebagian besar sampel yang dianalisis jika zat yang dianalisa menyusun lebih 1% dari sampel, maka analit ini dianggap sebagai konstituen utama.
Pertama-tama Sampel A ini ditambahkan HCl terbentuk endapan putih PbCl2, kemudian ditambahkan NH3 terbentuk endapan putih, ditambahkan NaOH masih tetap terbentuk endapan putih, setelah ditambahkan KI terbentuk sedikit endapan kuning, ditambahkan K2CrO4 terbentuk endapan kuning, kemudian ditambahkan KCN terjadi perubahan yaitu sedikit endapan putih, setelah itu ditambahkan lagi Na2CO3 terbentuk endapan putih sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel ini merupakan Pb2+. Berikut reaksi-reaksinya:
Pb2+ + HCl     PbCl2
Pb2+ + NH3      Pb(NH3)42+
Pb2+ + NaOH        Pb(OH)2
Pb2+ + KI     PbI2
Pb2+ + K2CrO4        Pb(CrO4)2
 Pb2+ + KCN          Pb(CN)2
Pb2+  + Na2CO3             PbCO3
Sampel B pertama-tama ditambahkan HCl sehingga terbentuk endapan putih, kemudian ditambahkan lagi NH3 sehingga endapannya berubah menjadi berwarna cokelat, selanjutnya ditambahkan lagi NaOH endapan tetap berwarna cokelat, hal ini mulai mengindikasikan bahwa sampel tersebut mengandung ion Ag+. Untuk meyakinkan bahwa yang terdapat pada sampel tersebut adalah ion Ag+, maka ditambahkan lagi pereaksi KI sehingga terdapat endapan berwarna kuning, ditambahkan lagi K2CrO4 sehingga terbentuk endapan merah, ditambahkan KCN terbentuk endapan outih, kemudian ditambahkan lagi Na2-CO3, endapan berubah menjadi putih kekuningan, selanjutnya ditambahkan Na2¬CO3 secara berlebihan, endapan berubah menjadi cokelat. Dari penambahan reagen-reagen tersebut, dan dengan memperhatikan perubahan-perubahan yyang terjadi, sehingga dapat dipastikan bahwa yang terdapat pada sampel B adalah ion Ag+. Berikut reaksi-reaksi yang terjadi pada percobaan sampel B:
Ag+    +    2HCl        AgCl2
Ag    +    NH3         Ag(NH3)
Ag    +    NaOH       Ag(OH)2
Ag    +    2KI        AgI2
Ag    +     K2CrO4     AgCrO4
Ag    +    KCN         AgCN
Ag    +    Na2CO3      AgCO3


 


     

    

    

    

 
   

    


(Gambar hasil penambahan reagen)

Pada sampel C ini pertama ditambahkan terlebih dahulu reagen NH4OH setelah ditambahkan tidak ada perubahan yang terjadi. Kemudian ditambahkan reagen NH3 sedikit terbentuk endapan biru, berlebih tendapannya larut sehingga terbentuk warna biru tua, setelah itu ditambahkan lagi reagen NaOH terjadi endapan biru jika berlebih endapannya tidak larut. Kemudian ditambahkan lagi reagen KI untuk menguji bahwa sampel C ini termasuk unsur dari Cu2+, setelah ditambahkan terjadi endapan putih tetapi larutannya berwarna cokelat tua. Sehingga diperoleh reaksi berdasarkan reagen-reagen yang digunakan:

Cu2+ + NH4OH               Cu2(OH)
Cu2+ + NH3                Cu(NH3)42+
Cu2+ + NaOH             Cu(OH)2
Cu2+ + KI            CuI
 
(Gambar hasil penambahan reagen)

Pada sampel D, pertama-tama ditambahkan NH4OH pada sampel sehingga terbentuk endapan putih, setelah itu ditambahkan lagi NaOH berlebih maka larutannya larut, kemudian ditambahkan lagi Na2CO3 endapannya pun terlarut. Dari, perubahan yang diamati tersebut sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel ini adalah Al3+. Berikut reaksi-reaksinya:
    Al3+ + NH4OH    Al(OH)3   
    Al3+ + NaOH    Al(OH)3
    Al3+ + Na2CO3    Al(CO3)3
        Pada sampel E, pertama-tama ditambahkan H2SO4 terbentuk endapan putih,     ditambahkan K2CrO4  terbentuk endapan kuning, kemudian ditambahkan lagi NH3 tidak ada perubahan, setelah ditambahkan Na2CO3 terbentuk e ndapan putih. Dari perubahan yang diamati diatas maka dapat disimpulkan bahwa sampel E adalah Ba2+. Berikut ini reaksi-reaksinya:
Ba2+ + H2SO4          Ba(SO4)2
Ba2+  + K2CrO4        BaCrO4
Ba2+ + 2NH3OH        Ba(OH)2
    Ba2+ + Na2CO3                 BaCO3           
        Pada sampel F mula-mula ditambahkan NaOH terbentuk endapan putih, setelah itu NH4OH dan terbentuk endapan putih, untuk lebih meyakinkan bahwa sampel F ini merupakan Mg2+ maka ditambahkan lagi NH3 dan terbentuk endapan putih, sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel F merupakan Mg2+. Berikut reaksi-reaksinya:

Mg2+ + NaOH    Mg(OH)2
Mg2+ + NH4OH    Mg(OH)2
Mg2+ + NH3    Mg(OH)2

































H.    PRETTY MUCH FAULT
1.    Kurangnya kosentrasi pratikan-pratikan selama proses praktikum berlangsung.
2.    Kurang teliti dalam mencampurkan larutan.
3.    Kurang teliti dalam membersikan alat praktikum.

I.    CONCLUSION
Setelah menguji beberapa sampel, maka dapat diketahui bahwa kation-kation yang didapat adalah sebagai berikut:
1.    Sampel A    : Merupakan golongan I (Pb2+)
2.    Sampel B    : Merupakan golongan I (Ag+)
3.    Sampel C    : Merupakan golongan II (Cu2+)
4.    Sampel D    : Merupakan golongan III (Al3+)
5.    Sampel E    : Merupakan golongan IV (Ba2+)
6.    Sampel F    : Merupakan golongan V (Mg2+)




















LITERATURE

Ada Prins, Verboom Hendardji. 1953. Petunjuk Singkat Untuk Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta: Buku Teknik H. Stam.
Day RA. Jr dan Al Underwood.1992. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Kelima. Jakarta : Erlangga
    Khopkar.S.M.2008.konsep dasar kimia analitik. Jakarta : UI-press
P.Lukum, Astin. 2005. Bahan Ajar DDKA. Gorontalo : Jurusan  Pendidikan Kimia FMIPA UNG
Teaching, team. 2008. Modul Penuntun Praktikum Dasar-dasar Kimia Analitik. Gorontalo : UNG